BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kebudayaan dan masyarakat adalah ibarat dia sisi mata uang yang tidak
dapat dipisahkan satu sama lain. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang
kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, keilmuan, sosial, adat
istiadat dan kemampuan-kemampuan lain serta kebiasaan yang didapatkan
oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan yang khusus yang
terdapat pada suatu golongan dalam masyarakat yang berbeda dengan
kebudayaan golongan masyarakat lain maupun kebudayaan seluruh masyarakat
mengenai bagian yang tidak pokok dinamakan kebudayaan khusus misalnya
kebudayaan daerah Aceh, Batak, Jawa, Nusa Tenggara, dan lain-lain.
Kebudayaan khusus ini timbul antara lain perbedaan lingkungan, suku,
bangsa, agama, latar belakang pendidikan, profesi, dan sebagainya.
Dalam sebuah kebudayaan terdapat unsur-unsur pokok yang disebut juga
dengan culture universal. Hal ini menunjukkan bahwa unsur-unsur
kebudayaan bersifat universal artinya dapat dijumpai di setiap
kebudayaan yang ada di seluruh Indonesia. Culture universal tersebut
misalnya mata pencaharian, sistem kemasyarkatan, bahasa, kesenian,
sistem pengetahuan.
Budaya daerah dapat dilihat dari delapan aspek yaitu aspek Bahasa, Sikap
dalam Pendidikan, Peran Wanita, Hubungan Personal, Tata Krama
(Kebiasaan) Sehari-hari, Nilai-nilai dalam Dunia Kerja atau Pendidikan,
dan Kebebasan Pribadi (Privasi). Dari banyaknya ragam budaya Indonesia
itulah, kami melakukan kajian lintas budaya dengan mengkaji Bahasa,
Peran Wanita, Tata Krama (Kebiasaan), dan Nilai-Nilai Dalam Keluarga.
Sehingga dengan adanya kajian lintas budaya ini kita dapat mengetahui
bagaimana perbedaan antar budaya daerah satu dengan budaya di daerah
lainnya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana budaya yang ada di daerah Wonogiri (Jawa Tengah) ?
2. Bagaimana budaya masyarakat daerah Wonogiri ditinjau dari Bahasa,
Peran Wanita, Tata Krama (Kebiasaan), dan Nilai-Nilai Dalam Keluarga?
3. Bagaimana budaya yang ada di daerah Nusa Tenggara Barat ?
4. Bagaimana budaya masyarakat daerah Nusa Tenggara Barat ditinjau dari
Bahasa, Peran Wanita, Tata Krama (Kebiasaan), dan Nilai-Nilai Dalam
Keluarga?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui budaya yang ada di daerah Wonogiri (Jawa Tengah).
2. Untuk mengetahui budaya masyarakat daerah Wonogiri ditinjau dari
Bahasa, Peran Wanita, Tata Krama (Kebiasaan), dan Nilai-Nilai Dalam
Keluarga.
3. Untuk mengetahui budaya yang ada di daerah Nusa Tenggara Barat.
4. Untuk mengetahui budaya masyarakat daerah Nusa Tenggara Barat
ditinjau dari Bahasa, Peran Wanita, Tata Krama (Kebiasaan), dan
Nilai-Nilai Dalam Keluarga?
D. MANFAAT
1. Dapat menambah wawasan kita tentang kebudayaan yang ada di wilayah Indonesia
2. Dapat menambah rasa cinta terhadap budaya daerah
3. Dapat menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan antar daerah di Indonesia
BAB II
ISI
A. BAHASA
Bahasa adalah sebagai alat komunikasi, atau sarana untuk menyampaikan
informasi. Tetapi, bahasa pada dasarnya lebih dari sekadar alat untuk
menyampaikan informasi, atau mengutarakan pikiran, perasaan, atau
gagasan
1. Wonogiri
Kebiasaan masyarakat saat berpapasan dengan seseorang yang dikenal yaitu:
Menyapa lebih dahulu : 20%
Kadang menyapa dahulu : 60%
Menunggu untuk disapa : 20%
Pada saat bertemu dengan seseorang yang dikenal biasanya menggunakan
kata “hey” dan “hello” untuk teman sebaya atau teman yang dikenal.
Sedangkan untuk menyapa orang yang lebih tua ataupun orang yang
mempunyai jabatan penting yaitu bisa dengan “Pak”, “Bu”, “Mbak”, “Mas”,
dan lain-lain agar dapat terlihat sopan dan santun dalam
berbincang-bincang.
Untuk masyarakat Wonogiri kebiasaan menyapa pada saat bertemu dengan
orang yang dikenal tidak berdasarkan usia ataupun kesenioritasannya
namun biasanya kebiasaan menyapa ini bersifat fleksible. Masyarakat
Wonogiri pada umumnya sering berbasa-basi dalam perkataan mereka apabila
bertemu dengan seseorang yang dikenal maupun belum kenal. Hal ini
dikarenakan agar nantinya dapat akrab dengan orang tersebut selain itu
dengan kita basa-basi saat berbincang-bincang kita dapat terlihat sopan.
Pemberian nama untuk anak-anak jaman sekarang sudah sangat bervariasi
sekali, tidak seperti jaman dahulu yang hanya menggunakan dua bahkan
satu kata saja dalam memberikan nama untuk anak mereka. Namun jaman
sekarang pemberian nama juga mengambil nama-nama asing untuk mepercantik
nama. Hasil survei yang kami peroleh di daerah ini yaitu:
Sedikit menggunakan bahasa asing : 20%
Menggunakan bahasa asing : 80%
Tidak menggunakan bahasa asing : -
Di daerah ini tidak ada pergeseran makna bahasa asli jadi masih
menggunakan bahasa yang biasanya digunakan oleh orang-orang sebelumnya,
terbukti di daerah ini masih sangat melestarikan bahasa daerahnya dengan
menggunakan bahasa daerah sehari-hari bahkan menggunakan bahasa krama
untuk daerah-daerah tetentu.
2. Nusa Tenggara Barat
Kebiasaan masyarakat NTB saat berpapasan dengan seseorang yang dikenal
yaitu semuanya menyapa terlebih dahulu, karena kebanyakan dari mereka
memang kenal dengan orang disapa, jadi saat bertemu mereka akan langsung
menyapa terlebih dahulu tanpa, menunggu orang lain yang menyapa. Ada
juga yang menyapa terlebih dahulu, karena sudah menjadi kebiasaan basa –
basi saat bertemu dengan orang yang dikenal.
Pada saat bertemu dengan orang yang dikenal biasanya mereka memanggil
nama, tersenyum dan juga menanyakan kabar dengan bahasa daerah disana,
seperti:
a. Mbe laiq tie meton? (mau kemana kawan?)
b. mbe epe aning? (sama tapi lebih sopan)
c. Mbe de lumbar mamiq? (sama tapi paling halus)
Sementara untuk menyapa yang lebih tua biasanya hanya tersenyum dan
mengucapkan salam. Selain itu basa basi juga diperlukan apabila bertemu
dengan orang lain atau orang yang dikenal, karena mereka menganggap itu
untuk mempererat tali silaturahmi dan agar lebih sopan.
Sementara kebiasaan masyarakat NTB dalam menyapa:
• 40% menyapa, tidak bergantung pada usia dan kesenioritasannya, jadi siapapun yang dikenal akan disapa.
• 40% menyapa beragantung pada usia dan kesenioritasannya, jadi pada
saat menyapa lebih terlihat sopan dan agar terlihat hormat dengan yang
lebih tua.
• 20% menyapa belum tentu bergantung pada usia, dan kesenioritasannya.
Pemberian nama pada anak untuk masyarakat NTB sudah sangat bervariasi,
karena masyarakat disana dalam membeeikan nama pada anak tidak hanya
menggunakan bahasa daerah, melainkan sudah tercampur dengan bahasa
Indonesia, dan bahasa asing.
• Pemberian nama dengan sedikit menggunakan bahasa asing 60 %
• Pemberian nama dengan menggunakan bahasa asing 20 %
• Tidak menggunakan bahasa asing 20 %
Jadi pemberian nama anak pada masyarakat tersebut masih banyak yang
menggunakan bahasa daerah disana. Sehingga tidak akan melunturkan
kebudayaan mereka.
Pemakaian gaya dan bentuk bahasa dalam berinteraksi dengan orang yang
berbeda-beda juga berbeda. Apabila dengan teman dekat menggunakan bahasa
daerah dan bahasa gaul mereka, dengan orang tua menggunakan bahasa
daerah yang sopan atau bahsa Indonesia. Sedangkan untuk orang yang
memiliki jabatan penting, menggunakan bahsa daerah NTB dan juga bahasa
Indonesia. Walaupun masih banyak yang menggunakan bahsa daerah, namun
tetap ada pergeseran makna terhadap istilah – istilah bahasa.
B. PERAN WANITA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Peran seorang ibu dalam rumah tangga sangat penting. Bukan sekedar
seperti perkataan orang jaman dahulu yaitu macak, masak, manak yang
artinya seorang wanita jaman dahulu itu hanya dianggap seorang yang
hanya bisa berdandan, memasak di dapur, dan melahirkan. Namun persepsi
sepertiitu saudah tidak ada pada jaman sekarang. Karena wanita itu
adalah seorang yang bisa mengerti semua kebutuhan keluarga mulai dari
memanajemen waktu anak, mengatur keuangan, mengontrol dan menjaga
kesehatan, psikologi anak, dan lain-lain.
1. Wonogiri
Di daerah Wonogiri persepsi orang-orang jaman dahulu tentang wanita yang
hanya bisa macak, masak, dan manak sudah sangat ditinggalkan karena
menurut hasil survei yang kami peroleh dari 100% responden mengatakan
bahwa 60% wanita sangat berperan dan 40% cukup berperan. Peranan wanita
dalam keluarga sangat bermacam-macam yaitu dapat berperan sebagai
pengurus rumah tangga, dapat mengerti dan memahami anggota keluarga,
serta ada juga yang berperan sebagai pencari nafkah. Selain sebagai
pengurus rumah tangga dan pencari nafkah, wanita juga mempunyai suatu
komunitas dengan kegiatan-kegiatan yang biasanya terdapat di daerahnya
misalnya mengikuti PKK, posyandu anak, posyandu lansia, arisan, dan
pengajian. Hal ini dilakukan karena dengan adanya kegiatan-kegiatan
tersebut wanita dapat bersosialisasi dengan warga masyarakat dan
nantinya wanita tersebut tidak akan ketinggalan jaman.
Perubahan jaman menuntut para wanita untuk dapat ikut membantu mencari
nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan rata-rata mereka
menjadi:
Pegawai Negeri Sipil 20%
Swasta 20%
Ibu Rumah Tangga 60%
Berdasarkan hasil survei yang kami peroleh, wanita di daerah wonogiri
sebagian besar tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan adapula yang
lulusan sarjana.
2. Nusa Tenggara Barat
Seorang wanita di wilayah NTB mempunyai peran yang cukup tinggi,
berdasarkan hasil survey wanita di NTB 60% wanita cukup berperan di
rumah. Peranan wanita dalam keluarga sangat bermacam-macam yaitu dapat
berperan sebagai pengurus rumah tangga, dapat mengerti dan memahami
anggota keluarga, serta ada juga yang berperan sebagai pencari nafkah.
Selain sebagai pengurus rumah tangga dan pencari nafkah. Namun peran
terbesar mereka adalah mengurus rumah tangga, kemudian yang selanjutnya
mengerti dan memahami anggota keluarga.
Untuk pendidikan terakhir wanita (ibu) disana jangan dianggap remeh,
karena sebagian besar pendidikan terakhir mereka sebagian besar lulus
SMA yaitu sebesar 60 %, sarjan dan tidak bersekolah juga lumayan tinggi
sebesar masing – masing 20%. Wanita tidak hanya mengurus rumah tangga,
namun juga dapat berinteraksi dengan masyarakat yang lain dengan
mendirikan sebuah komunitas untuk sebuah kegiatan, begitu pula dengan
wanita di NTB. Kamunitas yang ada bervariasi, seperti posyandu anak,
posyandu lansia, PKK, Senam, dan yang lainnya (pengajian).
Perubahan jaman menuntut para wanita untuk dapat ikut membantu mencari
nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan rata-rata mereka
menjadi:
Pegawai negeri Sipil 40%
Ibu Rumah tangga 60%
Walaupun tidak sedikit yang menjadi seorang pegawai negeri sipil yang
ikut membantu perekonomian keluarga, tapi sebagian besar wanita di sana
lebih banyak yang menjadi inu rumah tangga.
C. NILAI – NILAI DALAM KELUARGA
1. Wonogiri
Orang yang dianggap keluarga dan arti keluarga bagi masyarakat Wonogiri yaitu
Segalanya 100%
Orang yang memiliki hubungan darah 0%
Orang-orang yang berperan dalam kehidupan 0%
Jadi, masyarakat Wonogiri pada umumnya menganggap keluarga itu adalah
segalanya yang terdiri dari ayah, ibu, kakak, adik, nenek, kakek, paman,
bibi, semuanya.
Dalam menanggapi perkataan orang tua, berdasarakan hasil survei yang
kami lakukan semua responden menjawab selalu menurut dengan perkataan
orang tua, namun terkadang juga mengiyakan di depan tetapi menolak hal
yang berbeda di belakang dan ada juga yang tidak setuju dan akan menolak
perkataan orang tua. Selain itu, orang tua selalu menyemangati anak
mereka untuk mencoba mencari pekerjaan. Secara ekonomi anak masih sangat
bergantung pada orang tuanya sedangkan untuk pemilihan jodoh dan
pendidikan mereka memilih sendiri namun dengan kesepakatan dari orang
tua.
2. Nusa Tenggara Barat
Kebiasaan suatu daerah dengan daerah yang lain berbeda-beda, mulai dari
kebiasaannya, nilai-nilai dalam dunianya, dan masih banyak lagi.
Nilai-nilai dalam keluarga yang ada di daerah Nusa Tenggara Barat ini
juga berbeda dengan nilai yang ada di daerah Wonogiri. Masyarakat Nusa
Tenggara Barat ini dalam menganggap keluarga mereka sangat beraneka
ragam. Berdasarkan hasil survei yang kami lakukan, keluarga adalah
segalanya 20%, orang yang memiliki hubungan darah yaitu 20%, dan lainnya
menganggap keluarga adalah suatu kelompok yang paling dekat dengan
kita.
Orang tua selalu memberi semangat anaknya untuk bekerja karena dengan
bekerja dapat membantu meringankan beban oran tua mereka. Selain itu,
masyarakat Nusa Tenggara Barat pada umumnya masih sangata bergantung
kepada orang tua mereka dari segi ekonominya.
Dalam menentukan pilihan jodoh dan pendidikan, sama seperti msyarakat
Wonogiri yaitu mereka memilih sendiri jenjang pendidikan dan jodoh
tetapi nantinya perlu pengarahan dari para orang tua.
D. TATA KRAMA DAN KEBIASAAN SEHARI-HARI
Tata krama adalah tata cara atau aturan yang turun temurun yang
berkembang dalam suatu budaya masyarakat yang mengatur pergaulan oantar
individu maupun kelompokuntuk saling pengertian, hormat-menghormati
menurut adat yang berlaku. Tata krama mengandung nilai-nilai yang
berlaku pada daerah setempat. Oleh karena itu tata krama suatu daerah
yang satu dengan yang lainnya itu berbeda.
1. Wonogiri
Di daerah Wonogiri pada umumnya tidak terlalu banyak terjadi pergeseran
adat tata krama dalam komunitas daerah. Sebagian besar menganggap
menjaga adat tata krama yang berlaku dengan prosentase 80% menjaga
dengan baik dan 20% menjaga tapi sebagian saja. Dalam pemenuhan janji,
40% menganggap janji harus selalu ditepati, 40% ditepati jika ada waktu
luang, dan 20% ditepati jika penting saja. Sama seperti daerah-daerah
pada umumnya, orang-orang di daerah Wonogiri mempunyai kebiasaan makan
40 % 2 kali sehari dan 60% tidak tentu berapa kali sehari mereka makan.
Mungkin ini yang membedakan masyarakat Wonogiri dibandingkan dengan
masyarakat daerah lain, yaitu pada saat makan harus ada makanan wajib
yang harus tersedia di meja makan yaitu sambal.
2. Nusa Tenggara Barat
Di daerah ini dalam memiliki dua cara dalam menjaga sebuah adat ataupun
tata krama yang pertama yaitu menjaga dengan baik 80% dan yang kedua
menjaga namun hanya sebagian saja 20%. Adat istiadat dan tata krama di
suatu daerah itu berbeda-beda dan dari adat dan tata krama tersebut
biasanya ada yang mengalami pergeseran, menurut hasil survei yang kami
lakukan 80% tidak terlalu mengalami pergeseran adat dan tata krama dan
20%menjaga tidak mengalami pergeseran.
Kebiasaaan makan suata daerah itu berbeda-beda sesuai dengan porsi dan
kebiasaan mereka, untuk makan mereka biasanya dilakukan 2- 3 kali
sehari. Sama dengan daerah lain, pada saat maka mereka 60 sambil
bercerita dan 40% diam dan makan dengan tenang.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kebiasaan dalam menyapa orang yang dikenal masyarakat Wonogiri dengan
masyarakat NTB, sedikit berbeda. Untuk masyarakat Wonogiri lebih dominan
kadang menyapa terlebih dahulu, sedangkan masyarakat NTB cenderung
menyapa terlebih dahulu dengan orang yang dikenal terlebih dahulu.
Selain itu dalam menggunakan bahasa masyarat wonogiri lebih fleksibel,
sementara mayarakat NTB penggunaan bahasa disesuaikan dengan orang yang
sedang berbicara.
Peran wanita di wilayah wonogiri sangat berperan, karena wanita di
wonogiri sepenuhnya mengurus rumah tangga, selain itu wanita juga ikut
membantu dalam mencari nafkah atau bekerja. Sementara untuk masyarakat
NTB cukup berperan, namun pada dasarnya antara masyarakat wonogiri dan
masyarakat NTB peran wanita sama – sama penting dan berperan mengurus
rumah tangga.
Nilai – nilai dalam keluarga antara masyarakat wonogiri dan masyarakat
NTB sama – sama merupakan hal yang penting. Dalam hal pembiayaan hidup
maupun sekolah, kedua wilayah ini sama – sama ditanggung sepenuhnya oleh
orang tua.
Dalam tata krama Masyarakat wonogiri dan NTB tidak mengalami banyak
pergeseran adat dan kebiasaan. Pada saat makan masyarakat Wonogiri harus
ada makanan yang ada dimeja makan, yaitu sambal. Berbeda dengan
masyarakat NTB yang tidak mengharuskan ada sambal. Selain itu masyarakat
Wonogiri saat makan cenderung diam, sementara masyarakat NTB saat makan
biasanya sambil bercerita.
B. SARAN
Melakukan sebuah penelitian yang mengkaji tentang dua budaya yang
berbeda, hendaknya perlu diperhatikan aspek – aspek yang harus ada,
antara lain :
1. Menentukan aspek yang akan dikaji
2. Menetukan objek atau daerah yang akan dikaji, sesuai dengan yang diinginkan.
3. Pembuatan angket berdasarkan pada aspek yang akan dikaji. Sementara
model angket yang digubakab juga harus sesuai dengan apa yang dibutuhkan
oleh peneliti.
4. Penyebaran angket dilakukan melalui berbagai media seperti jejaring
sosial network, langsung kepada sasaran (orang), wawancara langsung
maupun tidak langsung,
5. Perbandingan dua wilayah kebudayaan yang berbeda disajikan dalam
bentuk prosentase, sehingga perbedaanya dapat terlihat jelas dan
memudahkan pembaca mengetahui perbedaannya.
6. Hasil laporan disajikan dalam bentuk grafik dan tabel serta analisis data.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. H. Hartono. 2001. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Nella Hutasoit. 2012. “Pengertian Bahsa”. http://nellahutasoit.wordpress.com/2012/04/22/pengertian-bahasa/. Diakses pada hari Kamis, 11 Oktober 2012 pukul 15.15 WIB
Eko Prabowo. 2011. “Tata karma”. http://pekoprabowo.blogspot.com/2011/03/tata-krama.html . Diakses pada hari Kamis, 11 Oktober 2012 pukul 15.15 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar